PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Pendahuluan
Perkembangan individu merupakan sesuatu yang kompleks,
artinya banyak factor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam
berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun
unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan
sama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan
anak tersebut.
Banyaknya aspek yang dibicarakan dalam membahas masalah
perkembangan menyebabkan banyaknya istilah dan konsep yang digunakan. Begitu
pula banyaknya pandangan dan teori dalam menjelaskan fenomena-fenomena
perkembangan anak membuat semakin kayanya pengetahuan tentang perkembangan
anak. Gambaran pembahasan tentang perkembangan di atas diawali dengan perlunya
memahami konsep-konsep perkembangan yang dilanjutkan dengan pembahasan aspekas
Pengertian
Perkembangan
Perubahan merupakan hal yang melekat
dalam perkembangan. E.B. Hurlock (Istiwidayanti dan Soejarwo, 1991)
mengemukakan bahwa perkembangan atau development merupakan serangkaian
perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan
pengalaman. Ini berarti, perkembangan terdiri atas serangkaian perubahan yang
bersifat progresif (maju), baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan
kualitatif disebut juga ”pertumbuhan” merupakan buah dari perubahan aspek fisik
seperti penambahan tinggi, berat dan proporsi badan seseorang. Perubahan
kuantitatif meliputi peubahan aspek psikofisik, seperti peningkatan kemampuan
berpikir, berbahasa, perubahan emosi dan sikap, dll. Selain perubahan ke arah
penambahan atau peningkatan, ada juga yang mengalami pengurangan seperti gejala
lupa dan pikun. Jadi perkembangan bersifat dinamis dan tidak pernah statis.
Terjadinya dinamika dalam
perkembangan disebabkan adanya ”kematangan dan pengalaman” yang mendorong
seseorang untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi/realisasi diri. Kematangan
merupakan faktor internal (dari dalam) yang dibawa setiap individu sejak lahir,
seperti ciri khas, sifat, potensi dan bakat. Pengalaman merupakan intervensi
faktor eksternal (dari luar) terutama lingkungan sosial budaya di sekitar
individu. Kedua faktor (kematangan dan pengalaman) ini secara stimultan mempengaruhi
perkembangan seseorang. Seseorang anak yang memiliki bakat musik dan didukung
oleh pengalaman dalam lingkungan keluarga yang mendukung perkembangan bakatnya
seperti menyediakan dan memberi les musik, akan berkembang terus menerus
sepanjang hayat memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan di
mana manusia hidup. Sikap manusia terhadap perubahan berbeda-beda tergantung
beberapa faktor, diantaranya pengalaman pribadi, streotipe dan nilai-nilai
budaya, perubahan peran, serta penampilan dan perilaku seseorang.
Mengilustrasikan
adanya proses perubahan yang dialami oleh anak manusia yang disebut dengan
perkembangan (development). Perkembangan adalah pola perubahan individu
yang berawal pada masa konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat. Namun
tidak setiap perubahan yang dialami organisme atau individu itu merupakan
perkembangan.
Dengan belajar, perilaku individu juga bisa berubah.
Begitupun karena factor peristiwa atau pengaruh penggunaan obat tertentu,
individu juga bisa berubah.Untuk itu perlu ada suatu penjelasan lebih rinci
tentang perubahan yang dimaksud sebagai perkembangan.
Pertama,
perubahan dalam arti perkembangan terutama berakar pada unsur biologis.
Pengalaman-pengalaman atau aktivitas-aktivitas khusus anak dapat menimbulkan perubahan
pada diri yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak yang berlatih menari menjadi
terampil menari; anak yang belajar matematika atau berhitung menjadi mahir dalam
mengerjakan soal-soal hitungan. Perubahan-perubahan semacam itu bukanmerupakan
perkembangan, melainkan lebih merupakan perubahan dalam arti belajar, yakni perubahan
yang lebih singkat dan merupakan fungsi langsung dari pengalaman-pengalaman khusus
yang diupayakan. Perubahan dalam arti perkembangan lebih berkaitan dengan fungsi
waktu dan kematangan biologis sehingga terjadi dalam periode yang lebih lama
dan bersifat umum, tidak terkait dengan peristiwa atau pengalaman khusus
tertentu.
Kedua, perkembangan dapat mencakup perubahan baik dalam
struktur maupun fungsi atau perubahan fisik maupun psikis. Perubahan dalam
struktur lajimnya merujuk kepada perubahan fisik baik dalam hal ukuran maupun
bentuknya (seperti perubahan lengan, kaki, otot, jaringan syaraf, atau
bagian-bagian tubuh lainnya), sedangkan perubahan fungsi mengacu kepada
perubahan dalam hal aktivitas yang secara inheren terdapat dalam struktur fisik
tersebut (seperti kelenturan otot, keterampilan bergerak, kemampuan berfikir,
reaksireaksi emosional, dan perubahan-perubahan sejenis lainnya). Dengan kata
lain, perubahan struktur mengacu kepada perubahan wujud jasadnya, sedangkan
perubahan fungsi mengacu kepada perubahan aspek mental atau aktivitas yang
ditimbulkan sehubungan dengan adanya perubahan dalam jasad tersebut.
Ketiga, perubahan dalam arti perkembangan bersifat
terpola, teratur, terorganisasi, dan dapat diprediksi. Ini berarti bahwa secara
normal, perkembangan individu mengikuti pola-pola tertentu yang sudah dapat
diketahui dan diperkirakan. Misalnya, seorang anak akan bisa duduk setelah bisa
menelungkup, akan merangkak setelah duduk, dan akan berjalan setelah merangkak.
Keempat, perkembangan dapat bersifat unik bagi setiap
individu. Santrock & Yussen (1992: 17) menyatakan bahwa: “each of us
develops in certain ways like all other individual, like some other
individuals, and like no other individuals”. Masing-masing kita berkembang
dalam cara-cara tertentu seperti semua individu yang lain, seperti beberapa individu
yang lain dan seperti tak ada individu yang lain. Di samping adanya
kesamaankesamaan umumdalam pola-pola perkembangan yang dialami oleh setiap
individu, terjadinya variasi individual dalam perkembangan anak bisa terjadi
pada setiap saat. Hal ini terjadi karena perkembangan itu sendiri merupakan
suatu proses perubahan yang kompleks, melibatkan berbagai unsure yang saling berpengaruh
satu sama lain.
Kelima, perubahan dalam arti perkembangan terjadi secara
bertahap dalam jangka waktu yang relative lama. Maksudnya bahwa perubahan dalam
arti perkembangan bukan merupakan perubahan yang sifatnya sesaat, melainkan
terjadi dalam suatu proses yang berlangsung secara berkelanjutan dalam waktu
yang relative lama.
Keenam, perubahan dalam arti perkembangan dapat
berlangsung sepanjang hayat dari mulai sejak masa konsepsi hingga meninggal
dunia. Perkembangan tidak hanya terbatas sampai dengan masa remaja, melainkan
dapat berlanjut terus hingga seseorang meninggal dunia. Ini juga berarti bahwa
perubahan dalam arti perkembangan tidak hanya mencakup proses pertumbuhan,
pematangan, dan penyempurnaan, melainkan juga mencakup proses penurunan dan
perusakan. Dengan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan dapat
didefinisikan sebagai pola perubahan organism (individu) baik dalam struktur
maupun fungsi (fisik maupun psikis) yang terjadi secara teratur dan
terorganisasi serta berlangsung sepanjang hayat. Di samping istilah
perkembangan, ada istilah lain yang sering dipertukarkan penggunaannya, yaitu
istilah pertumbuhan. Istilah pertumbuhan juga mengandung arti sebagai pola
perubahan yang dialami oleh individu. Dalam kenyataannya, kedua proses perubahan
ini –perkembangan dan pertumbuhan—memang sulit dipisahkan satu sama lain.
Namun
untuk kepentingan penjelasan dua istilah tersebut dapat dibedakan. Istilah
pertumbuhan dimaksudkan sebagai perubahan dalam aspek jasmaniah seperti berubahnya
struktur tulang, tinggi dan berat badan, proporsi badan, semakin sempurnanya jaringan
syaraf, dan sejenisnya. Dengan kata lain, pengertian pertumbuhan itu lebih
bersifat kuantitatif dan terbatas pada pola perubahan fisik yang dialami
individu sebagai hasil dari proses pematangan. Dalam arti luas, istilah
pertumbuhan dapat mencakup perubahan secara psikis kalau perubahan tersebut
berupa munculnya sesuatu fungsi yang baru seperti munculnya kemampuan berpikir
simbolik, munculnya kemampuan berpikir abstrak.
Pengertian Belajar
Cukup banyak para ahli yang
merumuskan pengertian belajar. Slamento (1995) merumuskan belajar merupakan
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan
tingkahlaku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya. Sementara Winkel (1989) mendefinisikan belajar
sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam
interaksi aktif individu dengan lingkungannya. Sehingga menghasilkan perubahan
yang relatif menetap/ bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan
lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar,
bersifat kontinu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan
yang progresif.
Belajar
abad 21, seperti yang dikemukakan Delors (Unesco, 1996), didasarkan pada konsep
belajar sepanjang hayat (life long learning) dan belajar begaimana
belajar (learning how to learn). Konsep ini bertumpu pada empat pilar
pembelajaran yaitu : (1) learning to know (belajar mengetahui) dengan
memadukan pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja
melalui kemampuan belajar bagaimana caranya belajar sehingga diperoleh
keuntungan dari peluang-peluang pendidikan sepanjang hayat yang tersedia; (2) learning
to do (belajar berbuat) bukan hanya untuk memperoleh suatu keterampilan
kerja tetapi juga untuk mendapatkan kompetensi berkenaan dengan bekerja dalam
kelompok dan berbagai kondisi sosial yang informal; (3) learning to be (belajar
menjadi dirinya) dengan lebih menyadari kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan
terus menerus mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik dan mampu
bertindak mandiri, dan membuat pertimbangan berdasarkan tanggung jawab pribadi;
(4) learning to live together (belajar hidup bersama) dengan cara
mengembangkan pengertian dan kemampuan untuk dapat hidup bersama dan
bekerjasama dengan orang lain dalam masyarakat global yang semakin pluralistik
atau /majemuk secara damai dan harmonis, yang didasari dengan nilai-nilai
demokrasi, perdamaian, hak asasi manusia, dan perkembangan berkelanjutan.
Pengertian Peserta Didik
Peserta didik dalam arti luas adalah
setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangakan
dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar disekolah (Sinolungan,
1997). Departemen Pendidikan Nasional (2003) menegaskan bahwa, peserta didik
adalah angota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur,
jenjang dan jenis pendidikan. Peserta didik usia SD/MI adalah semua anak yang
berada pada rentang usia 6-12/13 tahun yang sedang berada dalam jenjang
pendidikan SD/MI.
Peserta Didik merupakan subjek yang
menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Penting
anda pahami sebagai guru kelas SD bahwa pemahaman dan perlakuan terhadap
peserta didiksebagai suatu totalitas atau kesatuan.
Sinolungan (1997) juga mengemukakan,
manusia termasuk peserta didik adalah mahluk totalitas ”homo trieka”.
Ini berarti manusia termasuk peserta didik merupakan (a) mahluk religius yang
menerima dan mengakui kekuasaan Tuhan atas dirinya dan alam lingkungan
sekitarnya, (b) mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi
dan saling mempengaruhi agar berkembang sebagai manusia; serta (c) mahluk
individual yang memiliki keunikan (ciri khas, kelebihan, kekurangan, sifat dan
kepribadian, dll.), yang membedakan dari individu lain.
Jadi dalam mempelajari dan
memperlakuakan peserta didik, termasuk peserta didik usia PAUD atau SD/MI
hendaknya dilakukan secara utuh, tidak terpisah-pisah. Kita harus melihat
mereka sebagai suatu kesatuan yang unik, yang terkait satu dengan yang lainnya.
Prinsip-prinsip
Perkembangan
Perkembangan individu berlangsung sepanjang hayat,
dimulai sejak masa pertemuan sel ayah dengan ibu (masa konsepsi) dan berakhir
pada saat kematiannya. Perkembangan individu ini bersifat dinamis, perubahannya
kadang-kadang lambat, tetapi bisa juga cepat, hanya berkenaan dengan salah satu
aspek ataupun beberapa aspek perkembangan. Perkembangan tiap individu juga
tidak selalu seragam, seorang berbeda dengan yang lainnya baik dalam temponya,
iramanya maupun kualitasnya.
Dalam perkembangan individu dikenal prinsip-prinsip
perkembangan sebagai berikut
1.
Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek. Perkembangan bukan
hanya berkenaan dengan aspek-aspek tertentu tetapi menyangkut semua aspek. Perkembangan
aspek tertentu mungkin lebih terlihat dengan jelas, sedangkan aspek yang
lainnya lebih tersembunyi. Perkembangan tersebut juga berlangsung terus sampai akhir
hayatnya, hanya pada saat tertentu perkembangannya lambat bahkan sangat lambat,
sedangkan pada saat lain sangat cepat. Jalannya perkembangan individu itu berirama
dan irama perkembangan setiap anak tidak selalu sama.
2.
Setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas perkembangan yang berbeda. Seseorang
mungkin mempunyai kemampuan berpikir dan membina hubungan social yang sangat
tinggi dan tempo perkembangannya dalam segi itu sangat cepat, sedang dalam
aspek lainnya seperti keterampilan atau estetika kemampuannya kurang dan perkembangannya
lambat. Sebaliknya, ada anak yang ketrampilan dan estetikanya berkembang pesat
sedangkan kemampuan berpikir dan hubungan sosialnya agak lambat.
3.
Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu.
Perkembangan sesuatu segi didahului atau mendahului segi yang lainnya. Anak
bisa merangkak sebelum anak bisa berjalan, anak bisa meraban sebelum anak bisa
berbicara, dan sebagainya.
4.
Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Secara normal
perkembangan itu berlangsung sedikit demi sedikit tetapi dalam situasi-situasi tertentu
dapat juga terjadi loncatan-loncatan. Sebaliknya dapat juga terjadi kemacetan perkembangan
aspek tertentu.
5.
Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju ke yang lebih
khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi. Perkembangan dimulai
dengan dikuasainya kemampuan-kemampuan yang bersifat umum, seperti kemampuan memegang
dimulai dengan memegang benda besar dengan kedua tangannya, baru kemudian
memegang dengan satu tangan tetapi dengan kelima jarinya. Perkembangan berikutnya
ditunjukkan dengan anak dapat memegang dengan beberapa jari, dan akhirnnya
menggunakan ujung-ujung jarinya. Dalam perkembangan terjadi proses diferensiasi
atau penguraian ke hal yang lebih kecil dan terjadi pula proses integrasi. Dalam
integrasi ini beberapa kemampuan khusus/kecil itu bergabung membentuk satu kecakapan
atau keterampilan.
6.
Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi karena
faktorfaktor khusus, fase tertentu dilewati secara cepat, sehingga nampak ke
luar seperti tidak melewati fase tersebut, sedangkan fase lainnya diikuti
dengan sangat lambat, sehingga nampak seperti tidak berkembang.
7.
Sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat.
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan juga factor lingkungan.
Kondisi yang wajar dari pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan laju
perkembangan yang wajar pula. Kekurangwajaran baik yang berlebih atau berkekurangan
dari faktor pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan laju perkembangan yang
lebih cepat atau lebih lambat
8.
Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan
aspek lainnya. Perkembangan kemampuan sosial berkembang sejajar dengan
kemampuan berbahasa, kemampuan motorik sejajar dengan kemampuan pengamatan dan
lain sebagainya.
9.
Pada saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu perkembangan pria
berbeda dengan wanita. Pada usia 12-13 tahun, anak wanita lebih cepat matang
secara social dibandingkan dengan laki-laki. Fisik laki-laki umumnya tumbuh
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Laki-laki lebih kuat dalam kemampuan
inteleknya sedangkan wanita lebih kuat dalam kemampuan berbahasa dan
estetikanya.
Aspek-aspek
Perkembangan Anak
Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian
individu anak, karena kepribadian individu membentuk satu kesatuan yang
terintegrasi. Secara umum dapat dibedakan beberapa aspek utama kepribadian
individu anak, yaitu aspek (1) kognitif, (2) fisik-motorik, (3) sosio-emosional,
(4) bahasa, (5) moral dan (6) keagamaan.
Perkembangan dari tiap aspek kepribadian tidak selalu
bersama-sama atau sejajar, perkembangan sesuatu aspek mungkin mendahului atau
mungkin juga mengikuti aspek lainnya. Pada awal kehidupan anak, yaitu pada saat
dalam kandungan dan tahun-tahun pertama, perkembangan aspek fisik dan motorik
sangat menonjol. Selama sembilan bulan dalam kandungan, ukuran fisik bayi
berkembang dari seperduaratus milimeter menjadi 50 sentimeter panjangnya.
Selama dua tahun pertama, bayi yang tidak berdaya pada awal kelahirannya, telah
menjadi anak kecil yang dapat duduk, merangkak, berdiri, bahkan pandai berjalan
dan berlari, bisa memegang dan mempermainkan berbagai benda atau alat.
1.
Kognitif
Kognitif perkembangannya diawali dengan perkembangan
kemampuan mengamati, melihat hubungan dan memecahkan masalah sederhana.
Kemudian berkembang ke arah pemahaman dan pemecahan masalah yang lebih rumit.
Aspek ini berkembang pesat pada masa anak mulai masuk sekolah dasar (usia 6-7
tahun). Berkembang konstan selama masa belajar dan mencapai puncaknya pada masa
sekolah menengah atas (usia 16-17 tahun).
Menurut Piaget, dinamika perkembangan intelektual
individu mengikuti dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau
pengalaman baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada di dalam pikirannya.
Struktur kognitif yang dimaksud adalah segala pengetahuan individu yang
membentuk pola-pola kognitif tertentu. Jadi struktur kognitif sesungguhnya
merupakan kumpulan dari pengalaman dalam kognisi individu.
Ada dua fungsi guru PAUD/SD sekaitan proses asimilasi,
yakni meletakkan dasar struktur
kognitif
yang tepat tentang sesuatu konsep pada kognisi anak dan memperkaya struktur kognitif
menjadi semakin lengkap dan mendalam. Peletakkan struktur kognitif yang tepat
tentang sesuatu konsep pada kognisi anak dianggap penting sebab pendidikan di
PAUD/SD sangat fundamental bagi pemerkayaan dan pendalaman. Sementara itu
pemerkayaan dan pendalaman struktur kognitif anak diarahkan kepada perluasan
wawasan kognitif mereka.
Ada kalanya individu tidak dapat mengasimilasikan
rangsangan atau pengalaman baru yang dihadapinya dengan struktur kognitif yang
ia miliki. Ketidakmampuan ini terjadi karena rangsangan atau pengalaman baru
itu sama sekali tidak cocok dengan struktur kognif yang telah ada. Dalam
keadaan seperti ini, individu akan melakukan akomodasi. Ada dua kemungkinan
yang dapat dilakukan individu dalam situasi ini, yakni (a) membentuk struktur
kognitif baru yang cocok dengan rangsangan atau pengalaman baru.(b)
memodifikasi struktur kognitif yang ada sehingga cocok dengan rangsangan atau pengalaman
baru.
Menurut Piaget, proses asimilasi dan akomodasi terus
berlangsung pada diri seseorang.
Dalam
perkembangan kognitif, diperlukan keseimbangan antara kedua proses ini. Keseimbangan
itu disebut ekuilibrium, yakni pengaturan diri secara mekanis yang perlu untuk
mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
Piaget membagi proses perkembangan fungsi-fungsi dan
perilaku kognitif ke dalam empat tahapan utama yang secara kualitatif setiap
tahapan memunculkan karakteristik yang berbeda-beda. Tahapan perkembangan
kognitif itu adalah: (a) periode sensori motorik (0;0-2;0), (b) periode
praoperasional (2;0-7;0 tahun), (c) periode operasional konkrit (7;0-11 atau
12;0 tahun), dan (d) periode operasional formal (11;0 atau 12;0 – 14 atau15;0).
2.
Fisik
Perkembangan fisik anak usia SD mengikuti
prinsip-prinsip yang berlaku umum menyangkut: tipe perubahan, pola pertumbuhan
fisik dan karakteristik perkembangan serta perbedaan individual. Perubahan
dalam proporsi mencakup perubahan tinggi dan berat badan. Pada fase ini
pertumbuhan fisik anak tetap berlangsung. Anak menjadi lebih tinggi, lebih
berat, lebih kuat, dan lebih banyak belajar berbagai keterampilan. Perkembangan
fisik pada masa ini tergolong lambat tetapi konsisten, sehingga cukup beralasan
jika dikenal sebagai masa tenang.
3.
Sosial
Perkembangan aspek sosial diawali pada masa kanak-kanak
(usia 3-5 tahun). Anak senang bermain bersama teman sebayanya. Hubungan
persebayaan ini berjalan terus dan agak pesat terjadi pada masa sekolah (usia
11-12 tahun) dan sangat pesat pada masa remaja (16-18 tahun). Perkembangan
sosial pada masa kanak-kanak berlangsung melalui hubungan antar teman dalam
berbagai bentuk permainan.
4.
Bahasa
Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi
dan suara, berlanjut dengan meraban. Pada awal masa sekolah dasar berkembang
kemampuan berbahasa sosial yaitu bahasa untuk memahami perintah, ajakan serta
hubungan anak dengan teman-temannya atau orang dewasa. Pada akhir masa sekolah
dasar berkembang bahasa pengetahuan. Perkembangan ini sangat berhubungan erat
dengan perkembangan kemampuan intelektual dan sosial. Bahasa merupakan alat
untuk berpikir dan berpikir merupakan suatu proses melihat dan memahami
hubungan antar hal. Bahasa juga merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan
orang lain, dan komunikasi berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Dengan
demikian perkembangan kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling
menunjang dengan perkembangan kemampuan sosial. Perkembangan bahasa yang
berjalan pesat pada awal masa sekolah dasar mencapai kesempurnaan pada akhir
masa remaja.
5.
Afektif
Perkembangan aspek afektif atau perasaan berjalan
konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16
tahun). Pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam
hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi
dalam dirinya. Pada masa remaja tengah, rasa senang datang silih berganti
dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar
dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir
yaitu pada usia 18-21 tahun.
6.
Moral keagamaan
Aspek moral dan keagamaan juga sudah berkembang sejak
anak masih kecil. Peranan
lingkungan
terutama lingkungan keluarga sangat dominan bagi perkembangan aspek ini. Pada
mulanya anak melakukan perbuatan bermoral atau keagamaan karena meniru, baru kemudian
menjadi perbuatan atas prakarsa sendiri. Perbuatan prakarsa sendiripun pada mulanya
dilakukan karena adanya kontrol atau pengawasan dari luar, kemudian berkembang
karena kontro dari dalam atau dari dirinya sendiri. Tingkatan tertinggi dalam
perkembangan moral adalah melakukan sesuatu perbuatan bermoral karena panggilan
hati nurani, tanpa perintah, tanpa harapan akan sesuatu imbalan atau pujian. Secara
potensial tingkatan moral ini dapat dicapai oleh individu pada akhir masa
remaja, tetapi faktor-faktor dalam diri dan lingkungan individu anak sangat
berpengaruh terhadap pencapaiannya.
Tugas
Perkembangan
Tugas perkembangan menurut Robert J. Havighurst adalah
sebagian tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan
individu, yang merupakan keberhasilan yang dapat memberikan kebahagiaan serta
memberi jalan bagi tugas-tugas berikutnya. Kegagalan akan menimbulkan
kekecewaan bagi individu, penolakan oleh masyarakat, dan kesulitan untuk tugas
perkembangan berikutnya.
Tugas perkembangan pada masa anak adalah:
1.
Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan
2.
Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang
berkembang
3.
Belajar berkawan dengan teman sebaya
4.
Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki dan wanita
5.
Belajar menguasai keterampilan intelektual seperti: membaca, menulis, berhitung
6.
Pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
7.
Pengembangan moral, nilai dan hati nurani
8.
Memiliki kemerdekaan sosial
9.
Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok social
Menurut Havighurst setiap tahap perkembangan individu
harus sejalan dengan perkembangan aspek-aspek lainnya, yaitu fisik, psikis
serta emosional, social dan moral. Ada dua alas an mengapa tugas-tugas
perkembangan penting bagi pendidikan. Pertama, membantu memperjelas tujuan yang
akan dicapai sekolah. Pendidikan dapat dimengerti sebagai usaha masyarakat
melalui sekolah, dalam membantu individu mencapai tugas-tugas perkembangan
tertentu. Kedua, konsep ini dapat digunakan sebagai pedoman waktu untuk melaksanakan
usaha-usaha pendidikan. Bila individu telah mencapai kematangan, siap untuk
mencapai tahap tugas tertentu serta sesuai dengan tuntutan masyarakat, maka
dapat dikatakan bahwa saat untuk mengajar individu yang bersangkutan telah
tiba. Bila mengajarnya pada saat yang tepat maka hasil pengajaran yang optimal
dapat dicapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar