KOLABORASI
PENDIDIKAN FORMAL DAN BOARDING SCHOOL
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“TEKNOLOGI
PENDIDIKAN “
Dosen Pengampu
Dr.
As’aril Muhajir, M.Ag
Oleh :
Nurul Ulyani F0
5411 142
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012
A. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi ini mengakibatkan perubahan pada
berbagai fakor kehidupan, yang pada akhirnya berimbas pada kebutuhan pendidikan
alternatif bagi masyarakat yang mampu memberikan solusi akan kecemasan dari dampak
– dampak buruk yang terjadi, yakni ketidakseimbangan antara ilmu duniawi dan
ukhrawi. Masyarakat memerlukan lembaga pendidikan yang layak serta mampu
mencetak lulusan yang berkualitas dan seimbang antara ilmu duniawi dan ukhrawi.
Disisi lain, globalisasi
dunia yang tengah berlangsung, membuat seluruh negera membuka diri
seluas-luasnya. Dengan canggihnya
system informasi dan teknologi, interaksi antar bangsa satu dengan
bangsa-bangsa lain di dunia semakin intensif dan nyata. Baik interaksi fisik,
budaya maupun konsep-konsep pemikiran. Hal ini berakibat semakin mudahnya
budaya asing dengan segala pengaruhnya masuk ke negeri kita tercinta ini. Di
satu sisi pengaruh positip sangat kita harapkan, namun pada sisi lain ada
pengaruh negatif yang ikut mempengaruhi pada arus budaya tersebut. Dan
celakanya, pengaruh negatif tersebut sering lebih menarik untuk ditiru dan
diserap oleh masyarakat kita. Tentu hal ini sangat berbahaya bagi keselamatan
akidah dan akhlak, terutama anak-anak dan remaja generasi harapan kita.
Untuk
mengantisapi kecenderungan negatif tersebut, perlu dicari solusi alternatif
pendidikan yang mampu menanamkan nilai-nilai Islam sedini mungkin dan mempunyai
karakteristik: kesatuan yang utuh antara peranan orang tua, sekolah dan
masyarakat; memiliki materi pembelajaran yang integrative antara ilmu dan
agama, dan ilmu umum (science) serta teknologi; adanya pengembangan kemampuan
manusia yang menyeluruh meliputi aspek intelektual, spiritual dan ketrampilan;
metodologi dan pendekatan yang integrated bukan hanya sekedar tranfer
ilmu semata tetapi juga tranfer nilai (berupa uswah) serta kerangka pengetahuan
ilmu. Dengan karakteristik tersebut tercapailah tujuan yang dinginkan yaitu
menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa, yang menyadari bahwa dirinya adalah
makhluk yang harus tunduk kepada al Kholiknya. Sehingga terbentuk muslim yang
memiliki kepribadian Imtaq dan Iptek.
Oleh
karena itu ada tawaran untuk menjawab kegelisahan
masyarakat, yaitu kolaborasi pendidikan formal dan boarding school. Upaya untuk mengawinkan pendidikan umum dan
pesantren dengan melahirkan term baru yang disebut Boarding School yang
bertujuan untuk melaksanakan pendidikan yang lebih komprehensif-holistik, ilmu
dunia (umum) dapat capai dan ilmu agama juga dikuasai. Maka sejak itu mulai
muncul banyak Boarding School yang didirikan.
Kehadiran Boarding School telah memberikan
alternative pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya.
Seiring dengan pesatnya modernitas, dimana orang tua tidak hanya Suami yang
bekerja tapi juga istri bekerja, sehingga anak tidak lagi terkontrol dengan
baik. Maka, Boarding School adalah tempat terbaik untuk menitipkan
anak-anak mereka baik makananya, kesehatannya, keamanannya, sosialnya, dan yang
paling penting adalah pendidikanya yang sempurna. Selain itu, polusi social
yang sekarang ini melanda lingkungan kehidupan masyarakat seperti pergaulan
bebas, narkoba, tauran pelajar, pengaruh media, dll ikut mendorong banyak orang
tua untuk menyekolahkan anaknya di boarding School.
Makalah ini akan menguraikan mengenai karateristik kolaborasi pendidikan formal dan boarding school yang meliputi pengertian
boarding school, jenis – jenis boarding school dan Pengembangan
pendidikan islam dan
boarding school.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Boarding School.
Ada dua
fenomena menarik dalam dunia pendidikan di Indonesia yakni munculnya
sekolah-sekolah terpadu (mulai tingkat dasar hingga menengah), dan
penyelenggaraan sekolah bermutu yang sering disebut dengan Boarding School.
Nama lain dari Boarding School adalah sekolah berasrama.
Sesungguhnya
term Boarding School bukan sesuatu yang baru dalam konteks pendidikan di
Indonesia. Karena sejak lama lembaga pendidikan di Indonesia menghadirkan
konsep pendidikan Boarding School yang di beri nama “pondok pesantren”.
Pondok pesantren ini adalah awal mula dari adanya Boarding School di
Indonesia.
Ada beberapa definisi tentang boarding school
diantaranya adalah sebagai berikut:
Pendidikan Pondok pesantren atau
Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) adalah sebutan bagi sebuah
Lembaga yang didalamnya terjadi kegiatan pendidikan yang melibatkan peserta
didik dan para pendidiknya bisa berinteraksi dalam waktu 24 jam setiap harinya.[1]
Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) lebih dikenal di indonesia dengan
nama pondok pesamtren.
Adapun secara umum, arti dari Pendidikan kepesantrenan (Boarding
School) sebagaimana tertulis dari Word net bag.30[2]
adalah a private school where students are lodged and fed as well as taught,
artinya adalah: “sebuah sekolah swasta dimana siswa diasramakan, di beri makan
serta diberi pelajaran”.
Menurut Oxford dictionary [3]
Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) is school where some or
all pupil live during the term. Artinya adalah: Pesantren adalah lembaga pendidikan
yang mana sebagaian atau seluruh siswa nya belajar dan tinggal bersama selama
kegiatan pemebelajaran).
Selain
itu Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) juga didefinisikan: is
a school where some or all pupils study and live during the school year with
their fellow students and possibly teachers and/or administrators. The word
'boarding' is used in the sense of "bed and board," i.e., lodging and
meals. Some Boarding Schools also have day students who attend the institution
by day and return off-campus to their families in the evenings.[4]
Artinya adalah: “Sebuah pesantren adalah sekolah di mana
beberapa atau semua muridnya belajar dan hidup selama tahun ajaran dengan
sesama siswa, guru, dan administrator. Kata 'Asrama' ini diartikan sebagai
"tempat tidur dan papan," yaitu, penginapan dan makanan. Beberapa
sekolah asrama juga memiliki siswa harian, artinya menghadiri lembaga siang
hari dan kembali kepada keluarga mereka di malam hari”.
2. Jenis-jenis Boarding
School[5]
a. Menurut Sistem Bermukim Siswa
No
|
Tipe Boarding School
|
Keterangan
|
1
|
All Boarding School
|
Seluruh siswa tinggal di asrama kampus atau sekolah.
|
2
|
Boarding day School
|
Mayoritas siswa tinggal di sekolah dan sebagian lagi dilingkungan
sekitar kampus atau sekolah.
|
3
|
Day boarding
|
Mayoritas tidak tinggal di kampus meskipun ada sebagian yang
tetap tinggal di kampus atau sekolah.
|
b. Menurut Jenis Siswa
No
|
Tipe Boarding School
|
Keterangan
|
1
|
Junior Boarding School
|
Sekolah yang menerima murid dari tingkat SD s/d SMP, namun
biasanya hanya SMP saja.
|
2
|
Co-educational School
|
Sekolah yang menerima siswa laki-laki dan perempuan.
|
3
|
Boys School
|
Sekolah yang menerima siswa laki-laki saja.
|
4
|
Girl School
|
Sekolah yang menerima siswa perempuan saja.
|
5
|
Pre-professional arts School
|
Sekolah khusus untuk seniman.
|
6
|
Religius School
|
Sekolah yang kurikulumnya mengacu pada agama tertentu.
|
7
|
Special needs Boarding School
|
Sekolah untuk anak-anak yang bermasalah dengan sekolah biasa.
|
c. Menurut sistem sekolah
No
|
Tipe Boarding School
|
Keterangan
|
1
|
Military School
|
Sekolah yang mengikuti aturan militer dan biasanya menggunakan
seragam khusus.
|
2
|
Five day Boarding
School
|
Sekolah dimana siswa dapat memilih untuk tinggal di asrama dan
atau pulang di akhir pekan.
|
d. Perbedaan Sekolah Umum
dan Sekolah Berasrama.
No
|
Kriteria
|
General School
|
Boarding School
|
1
|
Fasilitas
|
Fasilitas standar sekolah umum
|
Dilengkapi fasilitas hunian dan berbagai fasilitas pendukung (sarana
ibadah dan rekreasi).
|
2
|
Kegiatan Harian
|
Jadwal kegiatan terbatas pada KBM.
|
Jadwal kegiatan harian teratur.
|
3
|
Sistem Pendidikan
|
Pengajaran formal di kelas dan kegiatan ekstrakurikuler.
|
Pengajaran formal, ekstrakurikuler, pendidikan khusus atau informal
(keagamaan, kedisiplinan).
|
4
|
Aktivitas
|
Siswa dating (sekolah) untuk belajar kemudian pulang.
|
Siswa belajar dan tinggal di sekolah, kehidupan siswa ada di sekolah.
|
5
|
Kurikulum
|
Kurikulum standar Nasional.
|
Kurikulum standar Nasional, kurikulum Departemen Agama, dan
kurikulum tambahan khas Boarding School.
|
6
|
Karakter Arsitektur
|
Terdiri dari satu atau beberapa masa yang kompak.
|
Banyak masa yang menyebar dengan masa hunian umumnya mengelilingi
masa hunian.
|
7
|
Pemanfaatan Waktu
|
Waktu sangat terbatas pada KBM.
|
Tidak terbatas pada jam belajar, juga di jam pelajaran.
|
8
|
Proses Pendidikan
|
Perhatian guru tidak optimum, karena keterbatasan waktu dan
perbandingan jumlah siswa dan guru yang relatif besar.
|
Perhatian lebih optimum, karena waktu interaksi yang dimiliki lebih
banyak, perbandingan siswa dan guru lebih kecil.
|
9
|
Jumlah siswa
|
40-45 orang.
|
Minimal 18 orang, maksimal 30 orang.
|
10
|
Konsep
|
Sekuler (memisahkan agama dan ilmu pengtahuan, dan penerapan
dalam kehidupan sehari-hari).
|
Islam Integrated (hal ini berdasar konsep ajaran agama
islam yang meliputi bidang sosial, budaya, politik, science).
|
11
|
Nuansa religious
|
Hampir tidak tampak.
|
Sangat kental, terlihat dari segi berpakaian dan kebiasaan yang
diterapkan di sekolah (seperti puasa sunnah, shalat berjamaah, tutur kata, attitude).
|
12
|
Pembagian kelas
|
Putra/putri satu kelas
|
Putra/putri masing-masing dalam kelas terpisah, untuk meminimalisir
ikhtilath (campur baur laki-laki dan perempuan),
sesuai yang dianjurkan ajaran Islam.
|
13
|
Fungsi masjid
|
Hanya untuk shalat dan acara keagamaan pada hari-hari besar.
|
Aktif untuk shalat berjamah setiap hari, sebagai tempat belajar dan
diskusi, seperti tahfiz, dan mentoring, serta sangat aktif untuk acara
keagamaan.
|
e. Perbedaan Secara Arsitektural
No
|
Kriteria
|
General School
|
Boarding School
|
1.
|
Kurikulum
|
Tidak membutuhkan ruang belajar khusus
|
Membutuhkan ruang belajar khusus untuk tahfiz dan tarikh Islam.
|
2.
|
Jumlah anak didik
|
Ruang kelas berukuran minimum 90 m2 (kapasitas 38 orang).
|
Ruang kelas 72 m2 (kapasitas 30 orang) dan ruang kelas 30 m2 (kapasitas
18 orang).
|
3.
|
Konsep
|
Bebas
|
Lingkungan sekolah Islami (membang-kitkan penghayatan terhadap
nilai-nilai Islam), bangunan sebagai sarana pembe-lajaran Islam.
|
4.
|
Nuansa religious
|
Arsitektur tidak harus mendukung terjadinya pengalaman spiritual.
|
Arsitektur sangat mendukung (mende-katkan manusia, alam dan Tuhan
YME), menggunakan keteraturan pola (order) dan beradaptasi dengan alam untuk
kete-nangan, menghubungkan ruang dalam dan ruang luar.
|
5.
|
Pembagian kelas
|
Jumlah ruang kelas berdasarkan jumlah murid secara keseluruhan
|
Jumlah ruang kelas berdasarkan jumlah seluruh siswa putra dan putri.
|
6.
|
Fungsi masjid
|
Peletakan masjid tidak menjadi fokus perancangan.
|
Masjid aktif (material easy-maintenance), menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari kegiatan komunitas sekolah.
|
f.
Keunggulan Boarding School
Banyak
petualangan dalam sekolah
berasrama karena waktu yang panjang berada dalam lembaga pendidikan
memungkinkan siswa untuk dapat mengekspresikan apa yang diinginkannya di
sekolah. Ada beberapa keunggulan Boarding School jika dibandingkan
dengan sekolah regular yaitu:[6]
1), Program Pendidikan Paripurna
Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi
pada kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek kehidupan anak yang tidak
tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan
program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah berasrama dapat
merancang program pendidikan yang komprehensif-holistic dari program pendidikan
keagamaan, academic development, life skill (soft skill dan hard skill) sampai
membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran
teoritis, tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun
belajar hidup.
2), Fasilitas Lengkap
Sekolah berasrama mempunyai fasilitas
yang lengkap; mulai dari fasilitas sekolah yaitu kelas belajar yang baik (AC,
24 siswa, smart board, mini library, camera), laboratorium, klinik, sarana olah
raga semua cabang olah raga, Perpustakaan, kebun dan taman hijau. Sementara di
asrama fasilitasnya adalah kamar (telepon, TV, AC, Pengering Rambut, tempat
handuk, karpet diseluruh ruangan, tempat cuci tangan, lemari kamar mandi,
gantungan pakaian dan lemari cuci, area belajar pribadi, lemari es, detector
kebakaran, jam dinding, lampu meja, cermin besar, rak-rak yang luas, pintu
darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan fasilitas dapur terdiri dari: meja dan
kursi yang besar, perlengkapan makan dan pecah belah yang lengkap, microwape,
lemari es, ketel otomatis, pembuat roti sandwich, dua toaster listrik, tempat
sampah, perlengkapan masak memasak lengkap, dan kursi yang nyaman.
3), Guru yang Berkualitas
Sekolah-sekolah
berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas guru yang lebih jika
dibandingkan dengan sekolah konvensional. Kecerdasan intellectual, social,
spiritual, dan kemampuan paedagogis-metodologis serta adanya ruh mudarris pada
setiap guru di sekolah berasrama. Ditambah lagi kemampuan bahsa asing: Inggris,
Arab, Mandarin, dll. Sampai saat ini dalam penilaian saya sekolah-sekolah
berasrama(Boarding School) belum mampu mengintegrasikan guru sekolah
dengan guru asrama. Masih terdapat dua kutub yang sangat ekstrim antara
kegiatan pendidikan dengan kegiatan pengasuhan. Pendidikan dilakukan oleh guru
sekolah dan pengasuhan dilakukan oleh guru asrama.
4), Lingkungan yang Kondusif
Dalam
sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam komplek sekolah terlibat dalam
proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau bisa dibalik gurunya bukan
hanya guru mata pelajaran, tapi semua orang dewasa yang ada di Boarding
School adalah guru. Siswa tidak bisa lagi diajarkan bahasa-bahasa langit,
tapi siswa melihat langsung praktek kehidupan dalam berbagai aspek. Guru tidak
hanya dilihatnya di dalam kelas, tapi juga kehidupan kesehariannya. Sehingga
ketika kita mengajarkan tertib bahasa asing misalnya maka semuanya dari mulai
tukang sapu sampai principal berbahasa asing. Begitu juga dalam membangun religius
socity, maka semua elemen yang terlibat mengimplementasikan agama secara
baik.
5), Siswa yang heterogen
Sekolah
berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang yang tingkat
heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai
latar belakang social, budaya, tingkat kecerdasan, kempuan akademik yang
sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk membangun wawasan national
dan siswa terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga
sangat baik bagi anak untuk melatih wisdom anak dan menghargai pluralitas.
6), Jaminan Keamanan
Sekolah
berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Makanya,
banyak sekolah asrama yang mengadop pola pendidikan militer untuk menjaga
keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap dengan
sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar “dosa” dilist sedemikan rupa dari dosa
kecil, menengah sampai berat. Jaminan keamanan diberikan sekolah berasarama,
mulai dari jaminan kesehatan (tidak terkena penyakit menular), tidak narkoba,
terhindar dari pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik (tauran dan
perpeloncoan), serta jaminan pengaruh kejahatan dunia maya.
7), Jaminan Kualitas
Sekolah berasrama dengan program yang
komprehensif-holistik, fasilitas yang lengkap, guru yang berkualitas, dan
lingkungan yang kondusif dan terkontrol, dapat memberikan jaminan kualitas jika
dibandingkan dengan sekolah konvensional. Dalam sekolah berasrama, pintar tidak
pintarnya anak, baik dan tidak baiknya anak sangat tergantung pada sekolah
karena 24 jam anak bersama sekolah. Hampir dapat dipastikan tidak ada
variable lain yang “mengintervensi” perkembangan dan progresivits pendidikan
anak, seperti pada sekolah konvensional yang masih dibantu oleh lembaga
bimbingan belajar, lembaga kursus dan lain-lain. Sekolah-sekolah berasrama
dapat melakukan treatment individual, sehingga setiap siswa dapat melejikan
bakat dan potensi individunya.[7]
g, Problem Sekolah Berasrama
Sampai saat
ini sekolah-sekolah berasrama masih banyak memiliki persoalan yang belum
dapat diatasi sehingga banyak sekolah berasrama layu sebelum berkembang. Adapun
Faktor-faktornya
adalah sebagai berikut:
1),
Ideologi Boarding School yang Tidak Jelas
Term ideology digunakan
untuk menjelaskan tipologi atau corak sekolah berasrama, apakah religius,
nasionalis, atau nasionalis-religius. Yang mengambil corak religius sangat
beragam dari yang fundamentalis, moderat sampai liberal. Masalahnya dalam
implementasi ideologinya tidak dilakukan secara kaffah. Terlalu banyak
improvisasi yang bias dan keluar dari pakem atau frame ideology
tersebut. Hal itu juga serupa dengan yang nasionalis, tidak mengadop pola-pola
pendidikan kedisiplinan militer secara kaffah, akibatnya terdapat
kekerasan dalam sekolah berasrama. Sementara yang nasionalis-religius dalam
praktik sekolah berasrama masih belum jelas formatnya.
2), Dikotomi guru sekolah vs guru asrama
(pengasuhan)
Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan
mencari guru yang cocok untuk sekolah berasrama. Pabrikan guru (IKIP dan Mantan
IKIP) tidak “memproduksi” guru-guru sekolah berasrama. Akibatnya, masing-masing
sekolah mendidik guru asrmanya sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki
oleh lembaga tersebut. Guru sekolah (mata pelajaran) bertugas hanya untuk
mengampu mata pelajarannya, sementara guru pengasuhan adalah tersendiri hanya
bicara soal pengasuhan. Padahal idealnya, dua kompetensi tersebut harus melekat
dalam sekolah berasrama. Ini penting untuk tidak terjadinya saling menyalahkan
dalam proses pendidikan antara guru sekolah dengan guru asrama.
3), Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku
Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah
berasrama adalah kurikulum pengasuhannya. Kalau bicara kurikulum akademiknya
dapat dipastikan hampir sedikit perbedaannya. Semuanya mengacu kepada kurikulum
KTSP-nya produk Depdiknas dengan ditambah pengayaan atau suplemen kurikulum
international dan muatan lokal. Tapi kalau bicara tentang pola pengasuhan sangat
beragam, dari yang sangat militer (disiplin habis) sampai ada yang terlalu
lunak. Kedua-duanya mempunyai efek negative. pola militer melahirkan siswa yang
berwatak kemiliter-militeran dan terlalu lunak menimbulkan watak licik yang
bisa mengantar siswa mempermainkan peraturan.
4), Sekolah dan Asrama Terletak Dalam Satu
Lokasi
Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada dalam
satu lokasi dan dalam jarak yang sangat dekat. Kondisi ini yang telah banyak
berkontribusi dalam menciptakan kejenuhan anak berada di sekolah Asrama.[8]
C. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
Islam memandang pendidikan sebagai hal yang fundamental dalam
membentuk peradaban masyarakat dan bangsa. Pendidikan merupakan proses
penanaman sesuatu ke dalam diri manusia. Proses penanaman adalah metode dan
sistem untuk menanamkan apa yang disebut “pendidikan secara bertahap”, baik
dalam pendidikan formal (sekolah) maupun nonformal (luar sekolah).
Sesuatu mengacu pada kandungan yang ditanamkan, dalam hal ini
perlunya nilai dan muatan yang didesain dengan kurikulum yang sesuai dan
berdasarkan kebutuhan. Diri manusia adalah penerima proses kandungan itu,
perumusannya sebagai suatu sistem harus mengambil model manusia sempurna di
dalam pribadi suci nabi Muhammad, dalam hal pengetahuan dan tindakan. Dalam
pengertian ini pendidikan Islam menghasilkan manusia yang mutunya sedekat
mungkin meneladani Rasulullah, shallallahu ‘alaihi wa sallam, sesuai dengan
kapasitas dan potensi kepribadiannnya.
Saat ini pendidikan tidak hanya mengenal satu jenis
kecerdasan intelektual, dengan alat ukurnya IQ yang cukup lama mendominasi
dunia pendidikan, tetapi mengalami perkembangan yang sangat pesat dan cukup
”revolutif” dengan gagasan dan rumusan teori kecerdasan emosional yang
dikembangkan Golmen (EQ), kecerdasan spiritual Zohar dan Marshall (SQ), dan
kecerdasan majmuk Gardner (Multiple Intelligence-MI).
Perkembangan yang demikian cepat, ditambah dengan arus
informasi yang membanjiri kehidupan anak-anak setiap saat, menuntut suatu
konsep dan sistem pendidikan yang mampu mengantisipasi perkembangan.
Optimalisasi seluruh potensi anak didik, khususnya sinergi berbagai jenis
kecerdasan di atas, menjadi sebuah kebutuhan mendasar dan sangat menentukan
masa depan mereka.
1.
Karakteristik:
Kolaborasi Pendidikan Formal dan Boarding School dirancang dengan paradigma, konsep dan sistem pendidikan yang berorientasi pada pembentukan empat karakteristik unggulan:
Kolaborasi Pendidikan Formal dan Boarding School dirancang dengan paradigma, konsep dan sistem pendidikan yang berorientasi pada pembentukan empat karakteristik unggulan:
a.
Islami, dengan seluruh karakteristiknya
sebagai agama rabbani (bersumber dan berorientasi kepada Allah-Tuhan alam
semesta), universal, integral, seimbang, permanen dan fleksibel, serta
realistik dan manusiawi.
b.
Terpadu, baik dalam sistem pembelajaran
maupun kurikulumnya. Keterpaduan (Integration) ini diperlukan untuk
menghilangkan dikotomi antara Islam dan kehidupan, kepentingan ukhrawi dan
duniawi, termasuk dalam memahami dan menghargai kemampuan anak didik khususnya
dalam aspek kecerdasan.
c.
Unggul, dengan bekal kompetensi,
kemampuan, dan keterampilan hidup (life skills) yang diperlukan dan sangat
konpetitif, sehingga siap bersaing dalam menghadapi tantangan kehidupan masa
depan.
d.
Internasional, dengan kompetensi dan
wawasan internasional sebagai antisipasi memasuki persaingan global khususnya
dalam meraih peluang melanjutkan di Universitas Internasional, baik sebagai
seorang muslim, da’i, maupun sebagai seorang profesional dan pemimpin masa
depan.
2.
Keunggulan
dan Kompetensi:
a.
Mampu berinteraksi dengan al-Qur’an dan
Sunnah, sebagai dasar pembentukan kecerdasan spiritual (SQ), jiwa dan
tanggungjawab kepemimpinan, karakter dan kepribadian Islami.
b.
Mampu Berbahasa internasional (Arab dan
Inggris) di samping bahasa nasional yang baik dan benar, sebagai alat
komunikasi dan interaksi sosial penunjang kecerdasan intelektual (IQ),
interpersonal dan emosional (EQ)
c.
Menguasai sains dan teknologi khususnya
Information and Communication Technology (ICT), seni, broadcasting (TV &
Radio) dan jurnalistik
d.
Memiliki Kemampuan Manajemen
Kewirausahaan (Khususnya dalam bidang Bisnis dan Pertanian) baik teori maupun
terapan sebagai bekal pengembangan aspek kecerdaan intelektual (IQ) dan
emosional (EQ) untuk menjalani kehidupan anak didik yang mandiri di masa depan
e.
Memiliki kebiasaan (habit) untuk
melakukan penelitian (research) dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya
terbatas tugas sekolah, sebagai dasar pengembangan kemampuan berpikir kreatif
dan inovatif.[9]
3.Tujuan:
Kolaborasi Pendidikan Formal dan Boarding School dirancang dengan tujuan :
Kolaborasi Pendidikan Formal dan Boarding School dirancang dengan tujuan :
a. Melahirkan
kembali anak didik yang shalih dengan seluruh dimensi keshalihan sesuai
perspektif Islam
b. Membentuk
generasi Qur`ani dambaan ummat, yang berpengetahuan, berwawasan dan bervisi
internasional, berkepribadian dan berperadaban Islami.
c. Turut
serta mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menyelenggarakan pendidikan yang
berorientasi pada nilai-nilai bermutu tinggi khususnya dalam sistem Islam.
d. Mempersiapkan
generasi yang terampil dan siap hidup terutama dalam memasuki persaingan ketat
di masa depan khususnya dalam kehidupan internasional yang semakin mengglobal,
dengan berbekal kemampuan menjadi:
1),
Seorang pembelajar (to be a learner)
2),
Seorang wirausahawan yang mandiri (to be
an entrepreneur)
3),
Seorang pemimpin mulai dari lingkungannya (to
be a leader).[10]
D. KESIMPULAN
Pendidikan merupakan jalan utama yang diupayakan oleh
berbagai Negara agar dapat dipakai sebagai lahan pengolahan manusia untuk
menghasilkan manusia yang unggul. Maka Sekolah Berasrama adalah alternative
terbaik buat para orang tua menyekolahkan anak mereka dalam kondisi apapun.
Selama 24 jam anak hidup dalam pemantauan dan control yang total dari
pengelola, guru, dan pengasuh di sekolah-sekolah berasrama. Anak betul-betul
dipersiapkan untuk masuk kedalam dunia nyata dengan modal yang cukup, tidak
hanya kompetensi akademis, tapi skill-skill lainnya dipersiapkan
sehingga mereka mempunyai senjata yang ampuh untuk memasuki dan manaklukkan
dunia ini.
Mampu
berinteraksi dengan al-Qur’an dan Sunnah, sebagai dasar pembentukan kecerdasan spiritual
(SQ), jiwa dan tanggungjawab kepemimpinan, karakter dan kepribadian Islami.Mampu
Berbahasa internasional (Arab dan Inggris) di samping bahasa nasional yang baik
dan benar, sebagai alat komunikasi dan interaksi sosial penunjang kecerdasan
intelektual (IQ), interpersonal dan emosional (EQ).Menguasai sains dan
teknologi khususnya Information and Communication Technology (ICT), seni,
broadcasting (TV & Radio) dan jurnalistik.
Di sekolah berasrama anak dituntut untuk dapat menjadi
manusia yang berkontribusi besar bagi kemanusiaan. Mereka tidak hanya hidup
untuk dirinya dan keluarganya tapi juga harus berbuat untuk bangsa dan Negara.
Oleh sebab itu dukungan fasilitas terbaik, tenaga pengajar berkualitas, dan
lingkungan yang kondusif harus didorong untuk dapat mencapai cita-cita
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Atlan,
Wawasan Keunggulan Sebagai Salah Satu
Modal Pelaksanaan Pembangunan Sekolah, ( Surabaya : Nara Ahsana 1997 )
Abdurrahman
Wahid, Pondok Pesantren Masa Depan Dalam Pesantren Masa Depan, ( Jakarta : bumi aksara 1999 )
Dedi, Pemanduan
Pendidikan Dan Sekolah, ( Bandung : Pustaka 1999)
Fa’uti Subhan,
Membangun sekolah Unggulan Dalam
Sistem Pesantren, ( Surabaya : Alpha 2006 )
Maknun, Jonar, Pengembangan sekolah menengah
kejuruan (SMK), Boarding School berbasis keunggulan lokal. JPTA FPTK UPI.
Mustofa Ahmad, Khasanah Intelektual Pesantren, ( Jakarta : Jaya Abadi 2009 )
Nurkhamid, Muh., SMU
ISLAM BERASRAMA (Senior High Islamic Boarding School),04.02.008. Laporan
Tugas Akhir UNIKOM.
Rofiq, Tantangan
Dan Puluang Komunikasi Islam Era Globalisasi, (Jakarta : islamika 2003 )
Sutrisno, Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah
Berasrama (Boarding School), 8 september 2008, dalam http://sutris02.wordpress.com/author/sutris02/.
Zamarkasih dhofir, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan
Hidup Kyai, ( Jakarta : LP3ES 1994)
[1] Zamarkasih dhofir, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan
Hidup Kyai, ( Jakarta : LP3ES 1994), 44
[4] Definisi
Bording School dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Boarding_school. Di akses pada 05 juni 2012.
[5]
Muh. Nurkhamid, SMU ISLAM BERASRAMA (Senior High Islamic Boarding School),/1.04.02.008.
Laporan Tugas Akhir UNIKOM.
[6] Fa’uti Subhan, Membangun
sekolah Unggulan Dalam Sistem Pesantren, ( Surabaya : Alpha 2006 ), 39
[7] Sutrisno, Problem
dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School), 8 september
2008, dalam http://sutris02.wordpress.com/author/sutris02/. Di akses pada 2 juni 2012.
[8] Sutrisno, Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah
Berasrama (Boarding School), 8 september 2008, dalam http://sutris02.wordpress.com/author/sutris02/. Di akses pada 2 juni 2012.
[9] Rofiq, Tantangan Dan Puluang Komunikasi Islam Era Globalisasi, ( Jakarta :
islamika 2003 ), 154
[10] Abdurrahman Wahid, Pondok Pesantren Masa Depan Dalam Pesantren Masa Depan, ( Jakarta :
bumi aksara 1999 ), 13
Ulasan yg bagus, Ijin share ya kang
BalasHapus